Jumat, 30 September 2011

Glomerulonefritis Kronis


A. PENGERTIAN    
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Penyakit ini sering mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis kronis merupakan sindrom klinis yang ditandai dengan penyakit pada glomerulus ginjal dan penurunan progresif fungsi ginjal untuk waktu yang lama atau dapat dikatakan suatu kelainan dimana terjadi kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Merupakan glomerulonefritis tingkat akhir (“end stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang irreversible.

B.     Epidemiologi
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun.
Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.
                               
C.    Etiologi
Penyebab penyakit ini yaitu :
a.       Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A.)
b.      Keracunan (timah hitam, tridion).
c.       Penyakit sipilis
d.      Diabetes mellitus
e.       Trombosis vena renalis
f.       Hipertensi kronik
g.      Penyakit kolagen
h.      Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2 tahun. Lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya GNK didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi.

D.    Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin, demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak. Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah dalam air seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter. Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah. Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal, berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari. Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya.

E.     Manifestasi Klinik
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat  glomerulonefritis yang berlangsung lama. Gejala utama yang ditemukan adalah :
1.      Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
2.      Hematuri
3.      Edema, penurunan kadar albumin
4.      Hipertensi, Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi
5.      Peningkatan suhu badan
6.      Sakit kepala, lemah, gelisah
7.      Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
8.      Ureum dan kreatinin meningkat
9.      Oliguri dan anuria
10.  Suhu subfebril
11.  Kolestrol darah naik
12.  Fungsi ginjal menurun
13.  Ureum meningkat + kreatinin serum.
14.  Anemia.
15.  Gagal jantung kematian.
16.  Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)

F.     Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini :
1.      Oliguri sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
2.      Esefalopati hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
3.      Gangguan sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4.      Anemia karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.

G.    Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1.      Urinalisis
2.      Pemeriksaan darah lengkap
3.      Biopsi ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan diagnosis.

H.    Penatalaksanaan
1.      Medik :
 Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
 Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
 Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
 Pemberian antibiotik untuk infeksi.
 Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
2.      Keperawatan :
 Disesuaikan dengan keadaan pasien.
 Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
 Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
 Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
 Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.





















I.       Pathways









GNA  yg berlanjut
 


Thrombosis vena renalis
 




 

 


 



































BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Keadaan umum :
2.      Riwayat :
a.       Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll.
b.      Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini?
c.       Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan.
d.      Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi.
3.      Riwayat penyakit saat ini:
a.       Keluhan utama
b.      Alasan masuk rumah sakit
c.       Faktor pencetus
d.      Lamanya sakit
4.      Pengkajian sistem
a.       Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (adanya edema ).
b.      Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
c.       Sistem pernafasan :  kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung.
d.      Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e.       Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar.
f.       Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya.
5.      Pengkajian keluarga
a.       Anggota keluarga
b.      Pola komunikasi
c.       Pola interaksi
d.      Pendidikan dan pekerjaan
e.       Kebudayaan dan keyakinan
f.       Fungsi keluarga dan hubungan


B.     Diagnosa Keperawatan
NO
DIAGNOSA YANG MUNCUL
TTD
1
Gangguan perfusi jaringan b.d peurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 atau nutrient ke sel. 

2
Resiko gangguan integritas kulit factor resiko gangguan turgor kulit (edema)

3
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mengabsorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.

4
Gangguan citra diri b.d perubahan struktur tubuh (edema)

5
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan sumber informasi


C.    Intervensi Keperawatan
Dx
Tujuan dan Kriteria hasil
Intervensi
Rasional
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 atau nutrient ke sel. 
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dengan kh:
- klien menunjukan perfusi yang adekuat misalnya ttv stabildan haluaran urine yang adekuat.
- awasi ttv klien
- tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
-  kolaborasi dalam pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.

- memberikan informasi tentang derajat/adekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan intervensi.
- untuk meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
- memaksimalkan transport oksigen kejaringan.
Resiko gangguan integritas kulit factor resiko gangguan turgor kulit (edema)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kh:
- mempertahankan kulit klien utuh
- menunjukkan prilaku untuk mencegah kerusakan kulit.
- inspeksi kulit thd perubahan warna, turgor, vaskular. Perhatikan kemerahan, ekskoriasi. Observasi thd ekimosis, purpura.
- pantau masukkan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- berikan matrass busa.
- menandakan area sirkulasi buruk yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.
- mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan  pada tingkat seluler.
- menurunkan tekanan lama padas jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebab iskemia.
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mengabsorbsi nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan nutrisi pasien terpenuhi dengan kh :
- menunjukkan berat badan stabil mencapai tujuan laboratorium normal dan tak ada tanda malnutrisi.
- awasi konsumsi makanan atau cairan dan hitung masukkan kalori per hari.
- perhatikan adanya mual muntah.
- rujuk ke ahli gizi.
- berikan diet tinggi karbohidrat yang meliputi jumlah protein kualitas tinggi dan asam amino essensial dengan pembatasan natriun atau kalium sesuai indikasi.
- mengidentifikasi kekurangan nutrisi atau kebutuhan terapi.
- gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukkan dan memerlukan intervensi.
- berguna untuk program diet individu untuk memenuhi kebutuhan budaya meningkatkan kerjasama pasien.
- memberikan nutrient cukup untuk memperbaiki energy, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi jaringan, dan keseimbangan elektrolit.
Gangguan citra diri b.d perubahan struktur tubuh (edema)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan pasien dapat menerima kondisinya, dengan kh :
- mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada diri sendiri.
- menyatakan penerimaan terhadap situasi diri.
- kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan ansietas hubungan dg situasi  saat ini.
- dorong menyatakan konflik kerja dan pribadi yang mungkin timbul, dengar dg aktif.
- bantu pasien untuk memasukkan manajemen penyakit dlam pola hidup.
- mengidentifikasi luas masalah dan perlunya intervensi.
- membantu pasien mengidentifikasi dan solusi masalah.
- kebutuhan pengobatan memberikan aspek lebih normal bila ini adalah bagian rutin sehari-hari.
Kurang pengetahuan b.d kurang terpajan sumber informasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan pasien dapat memahami penyakitnya dengan kh :
- Menyatakan pemahaman ttg kondisi dan hubungan tanda dan gejala dari proses penyakit
- secara benar melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan tindakan.
- perhatikan tingkat ansietas/takut dan perubahan proses pikir.
- dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya.
- factor ini secara langsung mempengaruhi kemampuan untuk berpartisipasi dan menggunakan pengetahuan.
- meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan berdasarkan keputusan, dan menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan.

D.    Evaluasi
DX
EVALUASI
1
Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan
2
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
3
Nutrisi pasien terpenuhi
4
Pasien dapat menerima kondisinya
5
Pasien dapat memahami penyakitnya