A. PENGERTIAN
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak.
Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral. Penyakit ini
sering mengenai anak-anak.
Glomerulonefritis kronis merupakan sindrom klinis yang
ditandai dengan penyakit pada glomerulus ginjal dan penurunan progresif fungsi
ginjal untuk waktu yang lama atau dapat dikatakan suatu kelainan dimana terjadi
kerusakan glomeruli dan kemunduran fungsi ginjal selama bertahun-tahun. Merupakan
glomerulonefritis tingkat akhir (“end stage”) dengan kerusakan jaringan ginjal
akibat proses nefrotik dan hipertensi sehingga menimbulkan gangguan fungsi
ginjal yang irreversible.
B. Epidemiologi
Glomerulonefritis sering ditemukan pada anak berumur
antara 3-7 tahun dan lebih sering mengenai anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah 2 : 1 dan
jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun.
Hasil penelitian multisenter di Indonesia pada tahun
1988, melaporkan adanya 170 pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam
12 bulan. Pasien terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul
berturut-turut di Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan
terbanyak pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulonefritis
bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis) seringkali
tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual,
kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa sembab kelopak mata,
kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini
umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10% berakibat
fatal.
C. Etiologi
Penyebab penyakit ini yaitu :
a.
Lanjutan GNA, seringkali tanpa riwayat infeksi (Streptococcus
beta hemoliticus group A.)
b. Keracunan
(timah hitam, tridion).
c. Penyakit
sipilis
d. Diabetes
mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab
lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium lanjut.
Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering
terjadi pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari 2
tahun. Lebih banyak pria dari pada wanita (2 : 1).
Timbulnya GNK didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi.
Timbulnya GNK didahului oleh akut (infeksi ekstra renal, terutama di traktus respiratorius bagian atas dan kulit oleh kuman streptokokkus beta hemolitikus gol A). Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah factor iklim, keadaan gizi, keadaan umum dan faktor alergi.
D.
Patofisiologi
Penderita biasanya mengeluh tentang rasa dingin,
demam, sakit kepala, sakit punggung, dan udema (bengkak) pada bagian muka
biasanya sekitar mata (kelopak), mual dan muntah-muntah. Pada keadaan ini
proses kerusakan ginjal terjadi menahun dan selama itu gejalanya tidak tampak.
Akan tetapi pada akhirnya orang-orang tersebut dapat menderita uremia (darah
dalam air seni) dan gagal ginjal.
Ginjal merupakan salah satu organ paling vital dimana
fungsi ginjal sebagai tempat membersihkan darah dari berbagai zat hasil
metabolisme tubuh dan berbagai racun yang tidak diperlukan tubuh serta
dikeluarkan sebagai urine dengan jumlah setiap hari berkisar antara 1-2 liter.
Selain fungsi tersebut, ginjal berfungsi antara lain mempertahankan kadar
cairan tubuh dan elektrolit (ion-ion), mengatur produksi sel-darah merah.
Begitu banyak fungsi ginjal sehingga bila ada kelainan yang mengganggu ginjal,
berbagai penyakit dapat ditimbulkan.
Glomerulonefritis merupakan berbagai kelainan yang
menyerang sel-sel penyerang ginjal (sel glomerulus). Glomerulonefritis menahun
adalah penyakit paling sering menimbulkan gagal ginjal dikemudian hari.
Kelainan ini terjadi akibat gangguan utama pada ginjal (primer) atau sebagai
komplikasi penyakit lain (sekunder), misalnya komplikasi penyakit diabetes
mellitus, keracunan obat, penyakit infeksi dan lain-lain. Pada penyakit ini
terjadi kebocoran protein atau kebocoran eritrosit.
Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya
gagal ginjal tahap akhir dan tingginya angka morbiditas baik pada anak maupun
pada dewasa. Sebagian besar glomerulonefritis bersifat kronik dengan penyebab
yang tidak jelas dan sebagian besar tampak bersifat
imunologis.Glomerulonefritis menunjukkan kelainan yang terjadi pada
glomerulus,bukan pada struktur jaringan ginjal yang lain seperti misalnya
tubulus, jaringan interstitial maupun sistem vaskulernya.
E. Manifestasi Klinik
Glomerulonefritis kronis ditandai dengan kerusakan
glomerulus secara progresif lambat akibat
glomerulonefritis yang
berlangsung lama. Gejala utama yang ditemukan adalah :
1. Kadang-kadang
tidak memberikan keluhan sama sekali sampai terjadi gagal ginjal.
2. Hematuri
3. Edema,
penurunan kadar albumin
4. Hipertensi,
Kadang-kadang ada serangan ensefalopatihipertensi
5. Peningkatan
suhu badan
6. Sakit
kepala, lemah, gelisah
7. Mual,
tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
8. Ureum
dan kreatinin meningkat
9. Oliguri
dan anuria
10. Suhu
subfebril
11. Kolestrol
darah naik
12. Fungsi
ginjal menurun
13. Ureum
meningkat + kreatinin serum.
14. Anemia.
15. Gagal
jantung kematian.
16. Selalu
merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)
F.
Komplikasi
Komplikasi dari penyakit ini :
1. Oliguri
sampai anuria sebagai akibat berkurangnya filtrasi glomerulus.
2. Esefalopati
hipertensi yang merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala
berupa gangguan pada penglihatan, pusing, muntah, dan kejang-kejang. Hal ini
disebabkan spasme pembuluh darah local dengan anoksia dan edema otak.
3. Gangguan
sirkulasi berupa dispneu, orthopneu, terdapat ronchi basah, pembesaran jantung
dan meningkatnya TD yang bukan saja disebabkan spasme pembuluh darah, tetapi
juga disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar dan
terjadi Gagal Jantung akibat HT yang menetap dan kelainan di miocardium.
4. Anemia
karena adanya hipervolemia disamping adanya sintesis eritropoetik yang menurun.
G.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
1. Urinalisis
2. Pemeriksaan
darah lengkap
3. Biopsi
ginjal untuk menunjukkan obstruksi kapiler glomerular dan memastikan diagnosis.
H.
Penatalaksanaan
1. Medik :
Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
Pemberian antibiotik untuk infeksi.
Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
Pengobatan ditujukan pada gejala klinik dan gangguan elektrolit.
Pengobatan aktivitas sehari-hari sesuai batas kemampuan pasien.
Pengawasan hipertenasi antihipertensi.
Pemberian antibiotik untuk infeksi.
Dialisis berulang untuk memperpanjang harapan hidup pasien.
2. Keperawatan :
Disesuaikan dengan keadaan pasien.
Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
Disesuaikan dengan keadaan pasien.
Pasien dianjurkan secara teratur untuk senantiasa kontrol pada ahlinya.
Program diet ketat tetapi cukup asupan gizinya.
Penjelasan kepada pasien tentang pambatasan aktivitas sesuai kemampuannya.
Anjuran kontrol ke dokter harus ditaati untuk mencegah berlanjut ke sindrom nefrotik atau GGK.
I.
Pathways
|
|
||||||||
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1. Keadaan umum :
2. Riwayat :
a. Identitas anak: nama, usia, alamat, telp,
tingkat pendidikan, dll.
b. Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah
sebelumnya anak sakit seperti ini?
c. Riwayat kelahiran, tumbuh kembang,
penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi
dan pengobatan.
d. Pola kebiasaan sehari – hari : pola makan
dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan
pola eliminasi.
3. Riwayat penyakit saat ini:
a. Keluhan utama
b. Alasan masuk rumah sakit
c. Faktor pencetus
d. Lamanya sakit
4. Pengkajian sistem
a. Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala,
lingkar dada (adanya edema ).
b. Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas
nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.
c. Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau
ronki, retraksi dada, cuping hidung.
d. Sistem persarafan : tingkat kesadaran,
tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn
tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil.
e. Sistem gastrointestinal : auskultasi
bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah.
Kaji kebiasaan buang air besar.
f. Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang
air kecil, warna dan jumlahnya.
5. Pengkajian keluarga
a. Anggota keluarga
b. Pola komunikasi
c. Pola interaksi
d. Pendidikan dan pekerjaan
e. Kebudayaan dan keyakinan
f. Fungsi keluarga dan hubungan
B.
Diagnosa Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
YANG MUNCUL
|
TTD
|
1
|
Gangguan
perfusi jaringan b.d peurunan komponen seluler yang diperlukan untuk
pengiriman O2 atau nutrient ke sel.
|
|
2
|
Resiko
gangguan integritas kulit factor resiko gangguan turgor kulit (edema)
|
|
3
|
Perubahan
status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mengabsorbsi
nutrient yang diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
|
|
4
|
Gangguan citra diri b.d perubahan
struktur tubuh (edema)
|
|
5
|
Kurang
pengetahuan b.d kurang terpajan sumber informasi
|
|
C.
Intervensi Keperawatan
Dx
|
Tujuan dan Kriteria hasil
|
Intervensi
|
Rasional
|
Gangguan perfusi jaringan b.d penurunan
komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman O2 atau nutrient ke
sel.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan
tidak terjadi gangguan perfusi jaringan dengan kh:
- klien menunjukan perfusi yang
adekuat misalnya ttv stabildan haluaran urine yang adekuat.
|
- awasi ttv klien
- tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
- kolaborasi dalam pemberian
oksigen tambahan sesuai indikasi.
|
- memberikan informasi tentang
derajat/adekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan
intervensi.
- untuk meningkatkan ekspansi paru
dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler.
- memaksimalkan transport oksigen
kejaringan.
|
Resiko gangguan
integritas kulit factor resiko gangguan turgor kulit (edema)
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan
tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kh:
- mempertahankan kulit klien
utuh
- menunjukkan prilaku untuk
mencegah kerusakan kulit.
|
- inspeksi kulit thd perubahan warna, turgor, vaskular. Perhatikan
kemerahan, ekskoriasi. Observasi thd ekimosis, purpura.
- pantau masukkan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
- berikan matrass busa.
|
- menandakan area sirkulasi buruk
yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus.
- mendeteksi adanya dehidrasi atau
hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada tingkat seluler.
- menurunkan tekanan lama padas
jaringan, yang dapat membatasi perfusi selular yang menyebab iskemia.
|
Perubahan status nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh b.d kegagalan untuk mengabsorbsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan SDM normal.
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan
nutrisi pasien terpenuhi dengan kh :
- menunjukkan berat badan stabil mencapai tujuan laboratorium normal dan
tak ada tanda malnutrisi.
|
- awasi konsumsi makanan atau cairan dan hitung masukkan kalori per hari.
- perhatikan adanya mual muntah.
- rujuk ke ahli gizi.
- berikan diet tinggi karbohidrat yang meliputi jumlah protein kualitas
tinggi dan asam amino essensial dengan pembatasan natriun atau kalium sesuai
indikasi.
|
- mengidentifikasi kekurangan
nutrisi atau kebutuhan terapi.
- gejala yang menyertai akumulasi
toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukkan dan memerlukan
intervensi.
- berguna untuk program diet
individu untuk memenuhi kebutuhan budaya meningkatkan kerjasama pasien.
- memberikan nutrient cukup untuk
memperbaiki energy, mencegah penggunaan otot, meningkatkan regenerasi
jaringan, dan keseimbangan elektrolit.
|
Gangguan citra diri b.d perubahan struktur tubuh (edema)
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan pasien
dapat menerima kondisinya, dengan kh :
- mengidentifikasi perasaan dan metode koping untuk persepsi negatif pada
diri sendiri.
- menyatakan penerimaan terhadap situasi diri.
|
- kaji tingkat pengetahuan pasien tentang kondisi dan pengobatan, dan
ansietas hubungan dg situasi saat ini.
- dorong menyatakan konflik kerja dan pribadi yang mungkin timbul, dengar
dg aktif.
- bantu pasien untuk memasukkan manajemen penyakit dlam pola hidup.
|
- mengidentifikasi luas masalah dan
perlunya intervensi.
- membantu pasien mengidentifikasi
dan solusi masalah.
- kebutuhan pengobatan memberikan
aspek lebih normal bila ini adalah bagian rutin sehari-hari.
|
Kurang pengetahuan b.d kurang
terpajan sumber informasi
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (....x....) diharapkan
pasien dapat memahami penyakitnya dengan kh :
- Menyatakan pemahaman ttg kondisi dan hubungan tanda dan gejala dari
proses penyakit
- secara benar melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan
tindakan.
|
- perhatikan tingkat ansietas/takut dan perubahan proses pikir.
- dorong dan berikan kesempatan untuk bertanya.
|
- factor ini secara langsung
mempengaruhi kemampuan untuk berpartisipasi dan menggunakan pengetahuan.
- meningkatkan proses belajar,
meningkatkan pengambilan keputusan berdasarkan keputusan, dan menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktahuan.
|
D.
Evaluasi
DX
|
EVALUASI
|
1
|
Tidak terjadi gangguan perfusi jaringan
|
2
|
Tidak terjadi gangguan integritas kulit
|
3
|
Nutrisi pasien terpenuhi
|
4
|
Pasien dapat menerima kondisinya
|
5
|
Pasien dapat memahami penyakitnya
|