Selasa, 20 September 2011

SLE

A.                KONSEP DASAR PENYAKIT

I.                   Pengertian Dan Definisi
Penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi klinik.

II.                Epidemiologi
Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara 2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada wanita lebih besar dibandingkan pada Pria berkisar antara 9 : 1.

III.             Penyebab Dan Patogenesis
Penyebab dan patogenesis SLE masih belum diketahui dengan jelas. Namun demikian terdapat banyak bukti bahwa  patogenesis SLE bersifat multifactor. Yaitu mencakup pengaruh factor lingkungan, factor genetic dan hormonal terhadap Respon imun.
Faktor genetic mempunyai pengaruh penting dalam kerentanan dan ekpresi penyakit. Sekitar 10 % - 20 % pasien SLE mempunyai kerabat dekat yang juga menderita SLE. Penelitian menunjukkan bahwa banyak Gen yang berperan terutama yang mengkode system Imun seperti Gen yang mengkode reseptor sel T, Imunoglobulin dan sitokin.
Sistem neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap system imun secara timbal balik. Beberapa penelitian berhasil menunjukkan bahwa pengaruh hormone prolaktin dapat merangsang respon imun.
Faktor lingkungan yang dianggap ikut berperan ialah pajanan berlebih terhadap sinar ultraviolet dan berbagai macam infeksi

IV.             Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.

V.                Manifestasi Klinis
a.       Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
b.      Sistem Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
c.       Sistem Kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
d.      Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
e.       Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
f.        Sistem            Perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
g.      Sistem Saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.

VI.             Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam, keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis dan perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat, trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak memastikan diagnosis.

VII.          Penatalaksanaan Medis
a.       Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
b.      Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
c.       Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi imun.








B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE ( Systemic Lupus Erythematosus )

1.      Pengkajian
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik ( Biologis, Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis,
      Adapun metode yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :
            a. Anamnesa:
         Alasan dirawat / Keluhan utama
         Riwayat kesehatan dan penyakit yang lalu
         Masalah kesehatan yang sedang dialami
         Masalah pola fungsi sehari-hari
         Masalah yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
         Pola emosi, konsep diri, Gambaran diri,pola pemecahan masalah
         Masalah kebudayaan / kepercayaan, Nilai, Keyakinan
         Hubungan social/keluarga.dll
                  Pemeriksaan 4 Gejala cardinal; Suhu  umumnya terjadi peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat masalah pada ginjal.

b. Pemeriksaan Fisik
         Inspeksi;
                              Pengamatan secara seksama setatus kesehatan Klien dari kepala       sampai kaki.
      Pada Klien dengan SLE mungkin akan ditemukan antara lain:
*      Ruam wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu ) pada daerah pipi dan hidung.
*      Lesi dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi  dan hipoksia kronik
*      Lesi berskuama  di kepala, leher dan punggung, pada beberapa penderita ditemukan eritema atau sikatrik.
*      Luka-luka di selaput lender mulut atau pharing.
*      Dapat terlihat tanda peradangan satu atau lebih persendian yaitu pembengkakan, warna kemerahan dan rentang gerak yang terbatas.
*      Perdarahan sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urina ( urine kemerahan )
*      Gerakan dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda – tanda sesak ( Napas cuping hidung, Retraksi supra sterna, bahkan intercostals,apabila terdapat ganguan organ paru.

         Palpasi.;
                        Pemeriksaan dengan meraba klien
1.      Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan pengerasan kulit jari-jari   tangan
2.      Nyeri tekan pada daerah sendi yang meradang
3.      Oedem mata dan kaki, mungkin menandakan keterlibatan ginjal      dan hipertensi

         Perkusi;
                              Pemeriksaan pisik dengan mengetuk bagian tubuh tertentu; untuk mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan suatu organ tubuh misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan Paru dan jantung.

         Auscultasi
                        Pemeriksaan pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat Stetoskup, antara lain untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.




2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
3.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
4.      Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
5.      Kerusakan Integritas Kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.

3.      Intervensi
1.   Nyeri akut  berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan:    Perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi:
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.
      d. Dorong pasien untuk mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
e. Jelaskan patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
      f. Bantu dalam mengenali nyeri kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
      g. Lakukan penilaian terhadap perubahan subjektif pada rasa nyeri.


2.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral ditandai dengan mual,muntah,tidak nafsu makan,porsi makan tidak habis,nyeri pada mulut,penurunan BB,massa otot menurun.
Tujuan :
1.Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukur tinggi dan berat badan,usia,protein, serum, albumin,hemoglobin dan pengukuran antropometri.
2. Kaji riwayat diet termasuk makanan yang disukai dan tidak disukai serta  intoleransi makanan
3.Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi masukan oral: kemampuan mengunyah,merasakan,menelan.
4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet kalori tinggi.
5.Kurangi faktor yang membatasi masukan oral :
a.Dorong pasien istirahat sebelum makan
b.Rencanakan makan sehingga jadwal makan tidak terjadi segera setelah prosedur yang menimbulkan nyeri atau tidak enak.
c.Dorong pasien untuk makan dengan  orang terdekat  bila mungkin.
d.Beri makan sedikit tapi sering.
e.Batasi cairan 1 jam sebelum makan dan pada saat makan.
6. Delegatif tentang pemberian antiemetik ,suplemen vitamin, anti jamur dan nutrisi parentral,enteral.
7.Timbang BB sesuai kebutuhan

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Tujuan
: Mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
a.   Beri     penjelasan        tentang                        keletihan          :
•     hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
• menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
• mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
• menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
• menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
• kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
b.   Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
c.   Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
d. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
                                                                             
4.      Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
      Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan fisik serta  psikologik yang ditimbulkan penyakit.
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
• Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
•     Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
•     Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
4.   Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
Tujuan:
pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi:
a.   Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi                                  b.  Hilangkan kelembaban dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
d.   Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
e.   Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.


DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : ECG
Http://wwww.total kesehatan nanca.com/SLE.html
Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta : Balai Penerbit FKUI,Jakarta.

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal – Bedah.ed 8.volume 2.Jakarta : EGC.

Nanda,2005-2006, Diagnosis Keperawatan






























Tidak ada komentar:

Posting Komentar