A.
KONSEP
DASAR PENYAKIT
I.
Pengertian Dan Definisi
Penyakit radang multisistem yang penyebabnya belum
diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau
kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh terdapatnya berbagai macam
autoantibody dalam tubuh. SLE merupakan prototype penyakit autoimun multisistem yang ditandai oleh
munculnya sekumpulan reaksi imun abnormal yang menghasilkan beragam manifestasi
klinik.
II.
Epidemiologi
Dalam 30 tahun terakhir, SLE menjadi salah satu
penyakit reumatik utama di dunia. Prevalensi pada berbagai populasi yang berbeda – beda berpariasi antara
2.9/100 000 sampai 400/100 000. SLE ditemukan pada berbagai usia, tetapi paling
banyak ditemukan pada 15 – 40 tahun. ( Masa Reproduksi ) Kejadian kasus pada wanita lebih besar dibandingkan
pada Pria berkisar antara 9 : 1.
III.
Penyebab Dan Patogenesis
Penyebab dan patogenesis SLE masih belum diketahui
dengan jelas. Namun demikian terdapat banyak bukti bahwa patogenesis SLE bersifat multifactor. Yaitu
mencakup pengaruh factor lingkungan, factor genetic dan hormonal terhadap
Respon imun.
Faktor genetic mempunyai pengaruh penting dalam
kerentanan dan ekpresi penyakit. Sekitar 10 % - 20 % pasien SLE mempunyai
kerabat dekat yang juga menderita SLE. Penelitian menunjukkan bahwa banyak Gen
yang berperan terutama yang mengkode system Imun seperti Gen yang mengkode
reseptor sel T, Imunoglobulin dan sitokin.
Sistem
neuroendokrin ikut berperan melalui pengaruhnya terhadap system imun secara
timbal balik. Beberapa penelitian berhasil menunjukkan bahwa pengaruh hormone
prolaktin dapat merangsang respon imun.
Faktor
lingkungan yang dianggap ikut berperan ialah pajanan berlebih terhadap sinar
ultraviolet dan berbagai macam infeksi
IV.
Patofisiologi
Penyakit SLE
terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan
autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan
oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti
oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan
lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti
hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparat
antikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalam
penyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE,
peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel
T-supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya
serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
V.
Manifestasi Klinis
a. Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
b. Sistem Integumen
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.
Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
c. Sistem Kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
d. Sistem Pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
Pleuritis atau efusi pleura.
e. Sistem Vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
f. Sistem Perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
g. Sistem Saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
VI.
Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
Diagnosis SLE dibuat berdasarkan pada riwayat sakit
yang lengkap dan hasil pemeriksaan darah. Gejala yang klasik mencakup demam,
keletihan serta penurunan berat badan dan kemungkinan pula artritis, peuritis
dan perikarditis. Pemeriksaan serum : anemia sedang hingga berat,
trombositopenia, leukositosis atau leukopenia dan antibodi antinukleus yang
positif. Tes imunologi diagnostik lainnya mendukung tapi tidak
memastikan diagnosis.
VII.
Penatalaksanaan Medis
a. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi
klinis minor dan dipakai bersama kortikosteroid, secara topikal untuk kutaneus.
b. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus,
muskuloskeletal dan sistemik ringan SLE
c. Preparat imunosupresan (pengkelat dan
analog purion) untuk fungsi imun.
B. ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN SLE ( Systemic Lupus Erythematosus )
1. Pengkajian
Penting
dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik ( Biologis,
Psikologis,Social dan Spiritual ) untuk mendapatkan data yang lengkap dan
sistematis,
Adapun metode yang dapat dipakai
dalam Proses Pengkajian yaitu :
a. Anamnesa:
•
Alasan dirawat / Keluhan utama
•
Riwayat
kesehatan dan penyakit yang lalu
•
Masalah kesehatan yang sedang dialami
•
Masalah pola fungsi sehari-hari
•
Masalah
yang dirasakan beresiko atau diketahui beresiko tinggi pada klien
•
Pola
emosi, konsep diri, Gambaran diri,pola pemecahan masalah
•
Masalah kebudayaan / kepercayaan, Nilai,
Keyakinan
•
Hubungan social/keluarga.dll
Pemeriksaan
4 Gejala cardinal; Suhu umumnya terjadi
peningkatan suhu tubuh, Tekanan Darah akan meningkat terutama bila terdapat
masalah pada ginjal.
b. Pemeriksaan Fisik
•
Inspeksi;
Pengamatan secara seksama setatus kesehatan
Klien dari kepala sampai kaki.
Pada
Klien dengan SLE mungkin akan ditemukan antara lain:
Ruam
wajah dalam pola malar (seperti kupu-kupu ) pada daerah pipi dan hidung.
Lesi
dan kebiruan di ujung jari akibat buruknya sirkulasi dan hipoksia kronik
Lesi
berskuama di kepala, leher dan punggung,
pada beberapa penderita ditemukan eritema atau sikatrik.
Luka-luka
di selaput lender mulut atau pharing.
Dapat
terlihat tanda peradangan satu atau lebih persendian yaitu pembengkakan, warna
kemerahan dan rentang gerak yang terbatas.
Perdarahan
sering terjadi terutama dari mulut atau bercampur urina ( urine kemerahan )
Gerakan
dinding thorak mungkin tidak simetris atau tampak tanda – tanda sesak ( Napas
cuping hidung, Retraksi supra sterna, bahkan intercostals,apabila terdapat
ganguan organ paru.
•
Palpasi.;
Pemeriksaan
dengan meraba klien
1. Sklerosis, yaitu terjadi pengencangan dan
pengerasan kulit jari-jari tangan
2. Nyeri
tekan pada daerah sendi yang meradang
3. Oedem mata dan kaki, mungkin menandakan
keterlibatan ginjal dan hipertensi
•
Perkusi;
Pemeriksaan pisik dengan mengetuk
bagian tubuh tertentu; untuk mengetahui Reflek, atau untuk mengetahui kesehatan
suatu organ tubuh misalnya : Perkusi organ dada untuk mengetahui keadaan Paru
dan jantung.
•
Auscultasi
Pemeriksaan
pisik dengan cara mendengar, biasanya menggunakan alat Stetoskup, antara lain
untuk mendengar denyut jantung dan Paru-paru.
2.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan inflamasi
dan kerusakan jaringan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan ulkus palatum dan lesi dimulut.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan peningkatan aktivitas
penyakit, rasa nyeri, depresi.
4. Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan
perubahan dan ketergantungan fisaik serta psikologis yang diakibatkan penyakit
kronik.
5. Kerusakan Integritas Kulit berhubungan
dengan perubahan fungsi barier kulit, penumpukan kompleks imun.
3.
Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan
inflamasi dan kerusakan jaringan.
Tujuan: Perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi:
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.
Tujuan: Perbaikan dalam tingkat kennyamanan
Intervensi:
a. Laksanakan sejumlah tindakan yang memberikan kenyamanan (kompres panas /dingin; masase, perubahan posisi, istirahat; kasur busa, bantal penyangga, bidai; teknik relaksasi, aktivitas yang mengalihkan perhatian)
b. Berikan preparat antiinflamasi, analgesik seperti yang dianjurkan.
c. Sesuaikan jadwal pengobatan untuk memenuhi kebutuhan pasien terhadap penatalaksanaan nyeri.
d. Dorong pasien untuk
mengutarakan perasaannya tentang rasa nyeri serta sifat kronik penyakitnya.
e. Jelaskan
patofisiologik nyeri dan membantu pasien untuk menyadari bahwa rasa nyeri
sering membawanya kepada metode terapi yang belum terbukti manfaatnya.
f. Bantu dalam mengenali nyeri
kehidupan seseorang yang membawa pasien untuk memakai metode terapi yang belum
terbukti manfaatnya.
g. Lakukan penilaian terhadap
perubahan subjektif pada rasa nyeri.
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan masukan oral
ditandai dengan mual,muntah,tidak nafsu makan,porsi makan tidak habis,nyeri
pada mulut,penurunan BB,massa otot menurun.
Tujuan :
1.Kaji terhadap malnutrisi dengan mengukur
tinggi dan berat badan,usia,protein, serum, albumin,hemoglobin dan pengukuran
antropometri.
2. Kaji riwayat diet termasuk makanan yang disukai
dan tidak disukai serta intoleransi
makanan
3.Kaji faktor-faktor yang mempengaruhi masukan
oral: kemampuan mengunyah,merasakan,menelan.
4.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet kalori
tinggi.
5.Kurangi faktor yang membatasi masukan oral :
a.Dorong pasien istirahat sebelum makan
b.Rencanakan makan sehingga jadwal makan
tidak terjadi segera setelah prosedur yang menimbulkan nyeri atau tidak enak.
c.Dorong pasien untuk makan dengan orang terdekat bila mungkin.
d.Beri makan sedikit tapi sering.
e.Batasi cairan 1 jam sebelum makan dan
pada saat makan.
6. Delegatif tentang pemberian
antiemetik ,suplemen vitamin, anti jamur dan nutrisi parentral,enteral.
7.Timbang BB sesuai kebutuhan
3. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
Tujuan : Mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
Tujuan : Mengikutsertakan tindakan sebagai bagian dari aktivitas hidup sehari-hari yang diperlukan untuk mengubah.
Intervensi :
a. Beri penjelasan tentang keletihan :
• hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
• menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
• mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
• menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
• menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
• kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
b. Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
c. Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
d. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
• hubungan antara aktivitas penyakit dan keletihan
• menjelaskan tindakan untuk memberikan kenyamanan sementara melaksanakannya
• mengembangkan dan mempertahankan tindakan rutin unutk tidur (mandi air hangat dan teknik relaksasi yang memudahkan tidur)
• menjelaskan pentingnya istirahat untuk mengurangi stres sistemik, artikuler dan emosional
• menjelaskan cara mengggunakan teknik-teknik untuk menghemat tenaga
• kenali faktor-faktor fisik dan emosional yang menyebabkan kelelahan.
b. Fasilitasi pengembangan jadwal aktivitas/istirahat yang tepat.
c. Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya.
d. Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan dan suplemen.
4.
Gangguan citra tubuh berhubungqan dengan perubahan
dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit kronik.
Tujuan : mencapai rekonsiliasi antara konsep diri dan erubahan
fisik serta psikologik yang ditimbulkan
penyakit.
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
• Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
• Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
• Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
Intervensi:
a. Bantu pasien untuk mengenali unsur-unsur pengendalian gejala penyakit dan penanganannya.
b. Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan rasa takut
• Membantu menilai situasi sekarang dan menganli masahnya.
• Membantu menganli mekanisme koping pada masa lalu.
• Membantu mengenali mekanisme koping yang efektif.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier
kulit, penumpukan kompleks imun.
Tujuan: pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi:
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi b. Hilangkan kelembaban dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.
Tujuan: pemeliharaan integritas kulit.
Intervensi:
a. Lindungi kulit yang sehat terhadap kemungkinan maserasi b. Hilangkan kelembaban dari kulit
c. Jaga dengan cermat terhadap resiko terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat yang terlalu panas.
d. Nasehati pasien untuk menggunakan kosmetik dan preparat tabir surya.
e. Kolaborasi pemberian NSAID dan kortikosteroid.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi
3. Jakarta : ECG
Http://wwww.total
kesehatan nanca.com/SLE.html
Persatuan Ahli Penyakit Dalam
Indonesia.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI,Jakarta.
Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal
– Bedah.ed 8.volume 2.Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar